Hari ini pelajaran sastra indonesia diadakan di sebuah pendopo di pojok halaman sebelah lapangan baseball sekolah. Udah beberapa kali anak-anak jurusan Arts kelas 12 belajar sastra di pendopo ini, berhubung gurunya, Pak A, sedang pilek. Pendopo ini berada di alam terbuka dan banyak menerima sinar matahari, jadi bisa membantu Pak A untuk cepat sembuh ketimbang belajar di ruang kelas ber-AC.
Selain sejuk dan indah pemandangannya, belajar di pendopo ini juga membuat anak-anak Arts tidak hanya belajar sastra, tapi juga belajar untuk bersahabat dengan serangga. Kupu-kupu, semut-semut, laba-laba, serta serangga-serangga kecil lain yang datang dan pergi tanpa kuketahui namanya. Awalnya risih banget. Mau duduk bersandar harus was-was ada semut, atau ada laba-laba tiba-tiba turun dari langit-langit pendopo.
Tapi setelah beberapa kali melaksanakan kegiatan belajar-mengajar di sana, aku akhirnya biasa juga. Ada semut? Silakan lewat. Ada kupu-kupu? Apalagi, silakan lewat, kunikmati aja indahnya sembari dia lewat. Ada laba-laba? Turut berduka cita, maaf, langsung kugeprak pakai sepatu yang siaga di bawah.
Namun hari ini yang buat masalah ternyata bukan serangga. Bukan semut, bukan laba-laba. Tetapi seekor binatang melata bernama CICAK. Awalnya aku ga sadar ada cicak di langit-langit pendopo yang terbuat dari susunan kayu. Tiba-tiba "TES!" setetes cairan turun menjatuhi sepatu Pak A.
Apakah itu?
Itu adalah air kencing sang cicak.
Pernah liat cicak pipis?
Ngga?
Sama, aku juga ga pernah liat, sampai siang tadi saat peristiwa naas itu menimpa sepatu guru sastraku yang sedang bahagia mengajar murid-muridnya.
Pak A: "WAH! Apaan ini netes? Tai burung? Masa ada burung buang air di sini?"
Pak A pun menengadahkan kepalanya ke atas, melihat ke arah langit-langit pendopo, mencari tersangka utama kejahatan yang menimpa sepatunya tersayang. Aku mengikuti arah pandangnya. Dan terlihatlah dia... sang cicak.
Warnanya keabu-abuan, tubuhnya tidak besar tapi juga sama sekali tidak kecil. Perutnya terlihat buncit seperti menahan hajat 2 hari lamanya. Jijik. Apalagi mengingat dialah tersangka yang baru saja mengotori sepatu Pak A -_-
Pak A: "Wah itu dia tuh! Waduh.... Udah keliatan dari tadi, padahal. Udah meliuk-liuk ga jelas gitu, bersiap untuk buang air ternyata!"
Aku ga bisa berhenti ketawa sampai beberapa menit sesudahnya....
*Foto di atas itu adalah foto saat Pak A berusaha mengelap air kotoran cicak itu dengan kertas, karena ga ada tisu.
Selain sejuk dan indah pemandangannya, belajar di pendopo ini juga membuat anak-anak Arts tidak hanya belajar sastra, tapi juga belajar untuk bersahabat dengan serangga. Kupu-kupu, semut-semut, laba-laba, serta serangga-serangga kecil lain yang datang dan pergi tanpa kuketahui namanya. Awalnya risih banget. Mau duduk bersandar harus was-was ada semut, atau ada laba-laba tiba-tiba turun dari langit-langit pendopo.
Tapi setelah beberapa kali melaksanakan kegiatan belajar-mengajar di sana, aku akhirnya biasa juga. Ada semut? Silakan lewat. Ada kupu-kupu? Apalagi, silakan lewat, kunikmati aja indahnya sembari dia lewat. Ada laba-laba? Turut berduka cita, maaf, langsung kugeprak pakai sepatu yang siaga di bawah.
Namun hari ini yang buat masalah ternyata bukan serangga. Bukan semut, bukan laba-laba. Tetapi seekor binatang melata bernama CICAK. Awalnya aku ga sadar ada cicak di langit-langit pendopo yang terbuat dari susunan kayu. Tiba-tiba "TES!" setetes cairan turun menjatuhi sepatu Pak A.
Apakah itu?
Itu adalah air kencing sang cicak.
Pernah liat cicak pipis?
Ngga?
Sama, aku juga ga pernah liat, sampai siang tadi saat peristiwa naas itu menimpa sepatu guru sastraku yang sedang bahagia mengajar murid-muridnya.
Pak A: "WAH! Apaan ini netes? Tai burung? Masa ada burung buang air di sini?"
Pak A pun menengadahkan kepalanya ke atas, melihat ke arah langit-langit pendopo, mencari tersangka utama kejahatan yang menimpa sepatunya tersayang. Aku mengikuti arah pandangnya. Dan terlihatlah dia... sang cicak.
Warnanya keabu-abuan, tubuhnya tidak besar tapi juga sama sekali tidak kecil. Perutnya terlihat buncit seperti menahan hajat 2 hari lamanya. Jijik. Apalagi mengingat dialah tersangka yang baru saja mengotori sepatu Pak A -_-
Pak A: "Wah itu dia tuh! Waduh.... Udah keliatan dari tadi, padahal. Udah meliuk-liuk ga jelas gitu, bersiap untuk buang air ternyata!"
Aku ga bisa berhenti ketawa sampai beberapa menit sesudahnya....
*Foto di atas itu adalah foto saat Pak A berusaha mengelap air kotoran cicak itu dengan kertas, karena ga ada tisu.