Thursday, July 08, 2010

saat hujan di kota bandung

kita masih di bawah langit yang sama
namun rintik hujan di sini tak kau rasakan
aku ingin yakin kita akan tetap bersama
tapi kini dunia tidak hanya kita berdua
aku ingin kanya kau yang tahu ceritaku
tapi kamu tak di sini dengan urusanmu
haruskah kubagi hal ini dengan yang lain?
karena sedih dan senangku ruah ingin terucap
satu dua kebodohan ini yang kulakukan
aku bertanya, apakah ini cinta?
bahwa sesungguhnya gelisahku tak terhentikan
dunia yang sebelumnya tak ada dirimu
kini sungguh tak sama lagi

aku bukanlah aku yang pandai berkata-kata
aku adalah aku yang menunduk saat berjalan
aku tidak melihat duniaku dengan berhadapan
aku melihatnya dengan batas yang tersembunyi
mungkin yang kamu lakukan tidak seperti yang kamu maksudkan
mungkin rasa yang sebenarnya sulit tersampaikan
mungkin kamu tidak menyadari bahwa aku salah mengerti
mungkin aku yang harus menyadari
haruskah aku berlari, berbalik, atau diam berdiri...

Tuesday, June 08, 2010

I Will be Here ~ Gary Valenciano

tomorrow morning if you wake up and the sun does not appear..
I will be here

if in the dark we lose sight of love, hold my hand and have no fear
cause I will be here

I will be here when you feel like being quiet
when you need to speak your mind, I will listen

and I will be here when the laughter turns to crying
through the winning, losing, and crying, we'll be together
cause I will be here

tomorrow morning if you wake up and the future is unclear
I'll be here

just as sure as seasons are made for change, our lifetimes are made for years
I will be here

I will be here... you can cry on my shoulder
when the mirror tells us we're older, I will hold you

and I will be here, to watch you grow in beauty,
and tell you all the things you are to me..
I will be here

I will be true to the promise I have made
to you, and to The One who gave you to me...

I will be here

and just as sure as seasons are made for change, our lifetimes are made for years...
cause I...
I will be here
we'll be together, forever
cause I will be here

I will be here

Sunday, May 23, 2010

Kenapa Pemburu Emas Tak Kunjung Kaya...

 .
Sore ini aku nonton acara Para Pemburu di Trans TV. Di episode kali ini, mereka meliput tentang para 'pemburu' emas. Betapa gigih dan beresiko usaha para pemburu emas tradisional itu mencari emas untuk disetorkan pada perantara supplier, tidak sebanding dengan hasil yang mereka dapatkan. 

Masyarakat dengan elok memakai perhiasan dari emas, dengan anteng duduk di cafe, jalan di mall, ketawa ketiwi dengan rasa bangga memakai emas-emas itu. Emas yang diperoleh dari usaha keras dan bahkan mempertaruhkan nyawa para pemburu emas....

Aku baru tahu, kalau mencari emas itu tidak cukup hanya mengorek-korek tanah di permukaan saja... disaring dari air, dan sebagainya itu. Kalau hanya mencari dengan cara seperti itu saja, hasil yang diperoleh sangatlah sedikit. Butiran-butiran kecil emas yang mereka dapatkan, bahkan tidak memenuhi seperdelapan dari tutup botol air mineral....
Karena itu mereka (biasanya laki-laki) yang masih muda dan kuat menggali sumur-sumur yang dalamnya bisa mencapai 25 meter lebih ke bawah tanah, dan masuk ke dalamnya dengan hanya berbekal seutas tali tambang sepanjang kurang lebih 30 meter serta karung-karung untuk menampung bebatuan yang mereka ambil dari dalam tanah itu. Bebatuan yang mengandung emas itu ada alurnya, jadi tidak hanya satu tempat saja. Karena itu sumur galian bisa berkelok-kelok di kedalamannya, mengikuti alur bebatuan emas itu berada. Aku ngeliat mereka masuk ke sana aja sudah serem.... Apa jadinya kalau longsor? Kalau talinya putus??
Tapi ternyata para pemburu emas itu punya perkiraan juga, berdasarkan pengalaman. Di saat musim hujan, mereka tidak masuk sumur... takut longsor. Sementara itu mereka ikut para ibu-ibu dan nenek-nenek dan kakek-kakek yang sudah tidak sanggup keluar masuk sumur, mendulang emas di permukaan. 

Sudah sedemikian rupa usaha mereka, tetap saja hasil yang mereka peroleh dalam sehari tidak lebih dari Rp. 25,000,- ... kalau beruntung, paling banyak bisa Rp. 30,000,- . Segitu sudah bisa untuk makan 3 hari ke depan.... 


Pantas saja pemburu emas, walaupun yang diburu adalah emas, dan emas-emas yang bisa kita temukan di pasaran sebagian adalah hasil dari jerih payah mereka, tetap saja mereka tidak kunjung kaya. 

Emas yang mereka setorkan dibeli dengan harga lama (lamanya entah ukuran harga dari jaman kapan), tidak mengikuti fluktuasi harga emas di pasaran. Emas dari mereka bisa dibeli tidak lebih dari seratus ribu, sementara di pasaran bisa mencapai jutaan atau lebih.... Supplier-nya saja yang kaya, pemburu emasnya tetap miskin (wong pake harga lama.. kapan majunya) -_-
.









foto: tempointeraktif.com

Wednesday, May 19, 2010

Seperti Bapa Sayang Anaknya

Bapa..
besar sungguh kasih setia-Mu
nyata sungguh perlindungan-Mu
tak satu kuasa mampu pisahkan aku dari kasih-Mu

Bapa..
ajarku slalu hormati Mu
ajarku turut perintah-Mu
brikanku hati tuk menyembah Mu dan bersyukur stiap waktu

sperti bapa sayang anaknya
demikianlah Engkau mengasihiku
Kau jadikan biji mata-Mu
Kau berikan smua yang ada pada-Mu
sperti bapa sayang anaknya
demikianlah Kau menuntun langkahku
hari depan indah Kau beri
rancangan-Mu yang terbaik bagiku

Sunday, May 16, 2010

I wanna what I want.. but can I want it.. ?

i wanna swim..
in a narrow sweet lake on the valley

i wanna dance..
a desire, seeing that performance of a ghostly ballet

i never think of this..
thing like this..
will ever gonna happen in my lifetime
when you suddenly come from my past.. times...

for a moment, it's like years we've gone through parted are never exist
i never imagine my tomorrow will never be the same as the ones before
so fast.. so magical.. so nice, that makes me can't stand not to smile for a while
it's like riding a prima unicorn, maybe a
super express train
fast and high.. fast or high..

i feel like to paint it on my canvas
but what should i draw i don't know
it feels so unreal even for my fantasy

if you read this, this something that i typed, will you understand
this first feeling after those years
i feel like to see you smile and play those guitars : )
and drums
and pianos
every ones of them that i see
and maybe your voice..
let me just listen while feeling nervous
pretty sure I'll be speechless for some moment.. so just sing, will ya?

^^~

i wanna sleep..
with a dream of balloons and baboons
(he?)

: P

i wanna fly..
positively, high, happily between those white clouds

don't want to end up like shellfishes on the bay
enjoying good days..
i prefer not to know
when to say goodbye

Wednesday, May 05, 2010

Pengobatan Gratis 2

Ada acara pengobatan gratis lagi di sekolah :)
Dan aku bantu-bantu lagi...

Kerjaanku kali ini ga sebanyak waktu pengobatan gratis yang pertama dulu. Sekarang kerjaanku cuma ngoper resep aja, tidak merembet ke bagian konsumsi, pendaftaran, dan lainnya ^^
Tapi tetep, kakiku sakit karena bolak balik di gedung MPH yang lebar itu...
Tapi tetep, aku ga kapok untuk bantu-bantu lagi di pengobatan gratis selanjutnya hehe

Ga tau kenapa... aku suka pekerjaan sosial kayak gini.... Selalu ada hal yang menarik terjadi dan bisa kupelajari :)


Seperti di pengobatan gratis pertama dulu, saat aku di bagian pendaftaran... yang

Aku: "Umurnya berapa, Pak?"
si Bapak: "Perutnya sakit Mbak."

entah suaraku yang kecil, atah si bapak pasien yang kurang dengar...


Kali ini, walaupun kerjaanku hanya ngoper resep aja, ternyata aku bertemu beberapa kejadian juga...

Awal-awal pengobatan gratis dibuka dan para anak SD dari sekolah-sekolah sekitar Madania masuk dan diperiksa, seorang dokter manggil aku. Ternyata anak yang ditanganinya hanya didaftarkan untuk poli umum saja, sementara giginya ada yang bolong dan harus ke poli gigi juga. Aku bingung harus gimana. Langkah pertama, aku menggandeng anak itu ke luar dulu, karena proses pemeriksaan harus tetap lanjut bergilir dan yang mengantri sudah banyak. Setelah di luar, aku berdiri bingung sambil masih tetap menggandeng anak itu. Aku jadi kayak bawa-bawa anak hilang...
Di luar aku ketemu seorang usher. Aku cerita dengan singkat masalahnya, tapi dia juga malah ikutan bingung. Ya udah. Aku diem, mikir lagi. Aku yang biasa berpikir lambat, saat itu harus berpikir cepat dan aku bingung. Akhirnya ya udah aku turun ke bagian pendaftaran. Mungkin ada yang bisa dilakukan di sana. Saat sampai di bagian pendaftaran aku ketemu Bu Yo. Cerita lagi masalahnya dengan singkat, dan tangan anak itu pun langsung berpindah digandeng Bu Yo.

Bu Yo: "Anak yang kasusnya spesial biar saya yang tangani."

Satu kalimat melegakan.
Aku pun balik ke MPH, lanjut jadi tukang oper resep.


Kali ini, selain masalah-masalah kecil seperti pasien nyasar dan lainnya, aku ketemu seorang pasien yang lucu lagi. Seorang nenek gaul :P

Nenek ini, selesai dari bagian pendaftaran, masuk-masuk langsung menyapa kenalan-kenalannya di bagian tunggu poli umum. Ketawa ketiwi, lalu bukannya ikut duduk nenek itu malah jalan-jalan ke poli gigi, lalu ke bagian apoteker. Karena ga ada yang bereaksi... akhirnya aku yang ngejar nenek itu.

Aku: "Bu, Ibu udah diperiksa?"
si Nenek: "Eh? Beluum."
Aku: "Lembar pendaftaran Ibu di mana?"
si Nenek: "Di situ tuh..."
*si Nenek menunjuk ke bagian tunggu poli umum
Aku: "Ohh.. Iya, Ibu tunggunya di situ ya, duduk dulu..."
si Nenek: "Tapi ini saya belum diperiksa..."
Aku: "Iya, yang belum diperiksa, tunggunya di sana..."
si Nenek: "Oh gituu... Saya ga tau Dek..."
Aku: "Iya Bu... Silakan Ibu duduk dulu ya."
*full senyum

Akhirnya si Nenek duduk juga... dia langsung ngobrol sama kenalan-kenalannya (atau bukan, aku ga tau juga...).

Terus aku balik kerja lagi.


Bagian poli gigi yang mengawasi adalah 2 orang anak SMP. Dan rupanya ada suatu masalah. Entah kenapa mereka mendatangi aku.

seorang cewe SMP (1): "Kak... itu... ada anak yang makanannya ketinggalan."
aku: "Hah?"
seorang cewe SMP (1): "Iya... dia nyariin makanannya."
aku: "???"

Akhirnya aku mampir ke poli gigi. Di sana, seorang cewe SMP petugas poli gigi yang satunya sedang kebingungan sambil menemani seorang anak (yang kemudian aku tau adalah anak yang kehilangan makanannya). Aku samperin.

aku: "Makanannya ilang?"
seorang cewe SMP (2): "Iya ini aduh... ga tau... ga ketemu. Katanya ga ada."
*aku ngeliat ke bagian tunggu poli gigi, dan di beberapa kursi tergeletak kantung-kantung makanan.
aku: "Ini makanan-makanan siapa?"
seorang cewe SMP (2): "Itu punyanya anak-anak yang lagi diperiksa..."
aku: "Ga ada yang punyanya dia?"
seorang cewe SMP (2): "Ga ada..."
aku: "Tadi dia pas nunggu duduknya di mana?"
*anak SMP itu geleng-geleng bingung aja...
aku: "Kamu tadi duduknya di mana De..?"
anak yang kehilangan makanannya: "Di situ.."
*aku ngambil makanan yang ada di atas bangku yang dia tunjuk
aku: "Ini bukan makanan kamu?"
*dia geleng aja...

Aku bingung dari mana dia bisa bilang kalau itu bukan makanannya dia... karena semua kantung makanan itu dibagikan di bagian pendaftaran untuk semua pasien, dan isi serta bentuknya ya semuanya sama....... emangnya dia udah ngasih nama kantong makanannya? Tapi ya sudahlah, daripada salah mending aku cari solusi lain... berhubung dua anak panitia SMP ini udah ngeliatin aku juga, nunggu aku bantu -_-
Akhirnya aku gandeng aja anak itu... ke bagian konsumsi.

Aku bicara sama tante-tante panitia konsumsinya...
aku: "Tante... ini makanannya ilang."
si Tante: "Ooh! Makanannya semua di bagian pendaftaran... oh itu aja yang masih di kardus, di samping MPH."
aku: "Oh.. oke deh. Makasi Tante..."
*menggandeng anak itu ke luar, ke samping MPH
aku: "Udah, jangan bingung ya. Kita ambil yang baru aja. Ya?"
anak yang kehilangan makannnya: "Iya."

Aku pun memberikan kantung makanan yang baru buat dia. Untuung aja dia mau dikasih yang baru... kalau dia ngotot mau yang hilang itu juga, bingung deh aku.


Ada juga anak yang tiba-tiba jalan cepat tanpa ekspresi dari poli gigi ke arah pintu keluar. Lagi-lagi sepertinya tidak ada yang sadar dan bereaksi, akhirnya aku yang ngejar anak itu. (Kenapa aku jadi tukang ngejar-ngejar anak ya...)

aku: "De, mau ke mana?"
si anak: "........."
aku: "Kamu udah diperiksa?"
si anak: "........."
*dia geleng-geleng, masih tanpa ekspresi dan mulai keringetan
aku: "Ayo sini, tunggunya di sana... yuk"
si anak: "...!!"
*dia kayak kaget, panik, gelisah, terus ngibrit

Aku bengong. Saat inget dia tadi dari arah poli gigi, aku akhirnya langsung ngerti masalahnya. Dia takut dokter gigi.
Yang begini, aku ga ngerti deh cara bantuinnya. Untungnya saat aku baru mau ngejar dia lagi, udah ada ibu-ibu yang sepertinya adalah guru sekolahnya, yang menahan dan menasihati dia. Akhirnya aku kembali ke tugasku semula, tukang oper resep, lagi.
Beberapa kali aku nengok, anak itu masih dinasihati gurunya. Sampai gurunya ga sabar, dia digendong mau dipaksa balik ke poli gigi. Dia langsung menggeliat heboh sampe lepas dari gendongan gurunya, terus lari menjauh ke pojokan. Begitu terus. Sampe akhirnya aku ga merhatiin lagi, dan terakhir kali aku liat, dia dan gurunya udah ga ada di sana lagi. Kayaknya anak itu akhirnya ga jadi diperiksa....


Ada-ada aja....

Hari itu berakhir dengan kaki yang sakit.
Tapi aku seneng bisa bantu-bantu di pengobatan gratis lagi :)

Monday, May 03, 2010

Donor Darah

Hari ini aku bantu-bantu lagi di sekolah. Kali ini untuk acara donor darah, kerjasama sekolah dengan PMI.

Baru kali ini aku ada dalam acara donor darah. Ternyata ga perlu ruang banyak, karena satu ruangan bisa 4 ranjang lebih, dan peralatannya juga ternyata ga seribet yang kubayangkan.

Aku ga ikutan mendonorkan darahku... karena saat mengandung aku, Mami sedang hepatitis. Jadi aku ga boleh :P

Hari ini Manyan, Pandu, dan DJ ikut donor darah. Aku masuk ke ruangan pendonor saat tiba gilirannya mereka masuk. Akhirnya aku melihat proses pendonoran darah untuk pertama kalinya... :)

Jarumnya gede.

Aku ga tau sesakit apa rasanya ditusuk jarum sebesar itu... dan ga mau ngebayangin juga. Manyan, Pandu, sama DJ gelisah banget sebelum nomor mereka dipanggil untuk masuk ke ruangan pendonor. Ngeliat jarumnya, sepertinya setimpal dengan gelisahnya.... Tapi setelah masuk dan berbaring di ranjang donor, ketika ditusuk jarumnya mereka tenang-tenang aja. Kata mereka, ternyata ga gitu terasa. Hmm...

Tapi walau begitu tetep aja jarumnya gede '_'
Serem.

Monday, March 15, 2010

kacau-parah-bused

Ini adalah hari terbanyak aku bilang kacau, parah, dan bused. Aku juga baru sadar setelah kejadiannya selesai..

Pagi ini aku kesiangan sekitar 5 menit. Tapi ga ada kompromi satu menitpun untuk yang namanya macet. Macet yang tadinya "merayap" dalam semenit bisa berubah jadi "padat merayap" dan semenit lagi "padat tak bergerak" (mungkin ga selebay it juga.. tapi ya sudahlah.)

Semalem kayakny turun hujan yang cukup deras. Jalanan rusak di depan Arco-Sawangan banjir lagi dan bikin macet parah yang udah memanjang jauh. Aku di mobil dengan supirku, kebingungan mau gimana. Ke sekolah pasti telat. Mau masuk jalan tembus, akunya ga tau jalan hehe.. (supirku masih baru, jadi belum tau banyak jalan tembus ke sekolah)
Tapi kemudian aku ngeliat ke sisi kanan jalan dan melihat sebuah gang kecil yang familiar.

Aku: "Pak.. Bapak tau jalan tembus yang keluarnya samping Dwiwarna itu ga Pak"
Supirku: "Hah? Ngga Dek"
Aku: "Yah..."
Supirku: "Bisa lewat situ ya?"
Aku: "Iya, kayaknya masuknya lewat gang itu tapi aku ga inget juga jalan di dalemnya."
Supirku: "Ohh.. ya udah dicoba aja Dek."
Aku: "Kalo salah gimana? Aku ga yakin juga itu gangnya."
Supirku: "Nanti bisalah.. yang penting ambil kiri terus aja. Emangnya Dwi Warung itu di mana Dek?"
Aku: "... DwiWARNA Pak, itu nama sekolahan... -_-"
Supirku: "Oohh..."
Aku: "Jadi gimana nih Pak?"
Supirku: "Ya udah. Masuk situ aja ya? Daripada ini macet ga jalan-jalan.."
Aku: "Tapi nanti kalo nyasar di dalem gimana? Malah makin lama dong."
Supirku: "Bisa, bisa. Tuh banyak yang masuk situ."
Aku: "Oh ya udah. Eh itu ikutin angkot aja Pak."
Supirku: "Iya."

Akhirnya kami pun menyalakan lampu sign ke kanan. Eh. Mobil X-Trail di depanku juga tiba-tiba ikutan. Dia juga segera belok ke gang itu, mendahului mobilku. Mobilku pun menyusur di belakangnya. Saat di dalam gang, aku mulai yakin itu gang yang bener. Aku liat ke belakang, dan udah banyak angkot serta mobil-mobil lain yang berderet panjang memanfaatkan jalan tembus itu juga.

Jalan tembus itu masih termasuk primitif. Jalannya tanah dan jeblog banget karena hujan semalam. Rumah-rumah warga masih berjauhan jaraknya, dan kebanyakan bukan rumah berdinding semen. Pohon di mana-mana, juga masih ada beberapa empang. Jalanannya sempiiitttt banget. Kebanyakan hanya muat satu mobil, atau satu setengah. Jadi kalau papasan dengan mobil dari arah berlawanan, ya sudah... dia mundur atau kita yang mundur, menepi di ceruk sempit semak-semak atau halaman rumah orang. Dan itulah yang terjadi pagi hari itu, dan benar-benar heboh. Kacau-parah-bused.

Sebelum "kekacauan maju mundur" itu terjadi, penanjakan masalah dikarenakan oleh mobil X-Trail di depanku. Yang bawa sepertinya supir juga, tapi seperti baru belajar nyetir atau belum lama bawa mobil. Kata supirku, dia tidak bisa membedakan jalan mana yang sudah banyak dilewati orang dan mana yang belum. Belum apa-apa dia sudah berhenti di pertigaan pertama untuk nanya jalan sama warga, padahal kata supirku jelas harusnya dia belok ke kiri, bukan lurus, tanpa perlu ditanya. Deretan mobil di belakang mobilku pun mulai paduan suara klakson. Akhirnya X-Trail jalan lagi. Ke kiri. Seperti kata supirku.

Menyusuri jalan sempit dan jeblog, X-Trail sepertinya kewalahan. Jalannya lambat dan menghindari kubangan dengan heboh. Padahal pada akhirnya ga bisa terhindarkan juga kena air tanah itu -_-
Dari dalam mobil, supirku sudah ngomel-ngomel sendiri. Aku ketawa aja (abis ngomelnya lucu xD)
Sampai akhirnya supirku ga tahan lagi saat tiba di sebuah tikungan tajam ke kiri, yang adalah sebuah turunan dan kalau lurus masuk jurang kecil turun ke empang. X-Trail ini belok lama sekali. Memang perlu hati-hati, tapi tikungan itu ga segitu mengerikannya juga sampai harus maju mundur dua kali saat belok...
Sudah berhasil belok, X-Trail tiba-tiba berhenti. Supirku ngomel lagi. Ada apa sih si X-Trail ini.. -_-
Dia mundur. Supirku kaget. Langsung di-klakson keras.
Dia maju. Aku dan supirku bengong, nunggu.
Dia mundur lagi. Supirku klakson lagi.
Dia maju.
Dia mundur lagi.
Ini X-Trail lagi ngajak bercanda atau apa sebenarnya....
Deretan angkot dan mobil-mobil di belakangku juga udah gusar, paduan suara klakson lagi. Ditambah beberapa pengendara motor yang ga bisa lihat celah dikit, main selap-selip aja di jalan sempit itu, membuat mobil-mobil gelisah.
Supirku udah ga sabaran. Dia turun dari mobil.

Supirku: "Pak. Ada apa sih Pak??? Itu kesian itu udah pada ngantri di belakang, turunan lagi!"
X-Trail: "Rodanya masuk parit pak!"

OH

Udah beloknya lama, maju mundur, pelan, bikin mobil-mobil di belakang nunggu sampe kesel, belok ga masuk empang, roda kirinya malah masuk parit. Bagus.

Supirku: "Ya itu banting kanan aja Pak, nanti keluar!"
X-Trail: "Ya..."

Setelah itu pembicaraannya udah ga terlalu bisa terdengar olehku yang nunggu di mobil. Beberapa saat kemudian supirku pun balik ke mobil sambil geleng-geleng kepala.

Supirku: "Haduuh haduh di orang.. adaa aja supir begitu. Paling depan lagi, jalannya.... Masyaallah..."

Aku ketawa lagi. Di saat macet dan mengejar waktu begini ada aja hal macam ini...

Akhirnya X-Trail sepertinya menuruti saran supirku. Dia banting ke kanan, ngesot sebentar tapi akhirnya roda kirinya berhasil keluar dari parit. Jalan lagi. Baru jalan sedikit, dari tikungan di depan muncul sebuah angkot dari arah berlawanan. X-Trail kebingungan lagi.
Tak ada jalan lain, akhirnya angkot tersebut mundur.
X-Trail maju, mobilku dan deretan mobil di belakangku juga maju. Pelan. Kesian banget angkotnya, udah mundur jauuh banget tapi belum ketemu juga celah untuk menepi. Mana ada tanjakan lagi... mau ga mau angkot itu menaiki tanjakan dengan mundur. Akhirnya ketemu pertigaan. Angkot itu pun masuk ke sebuah gang sementara kami belok ke gang yang satunya dan terus jalan perlahan menuju gang keluar di samping Sekolah Dwiwarna.

Bertemu pertigaan lain, X-Trail kebingungan lagi. Tak ada warga yang bisa ditanyai. Dia pun ambil jalur lurus. Supirku bengong. Aku juga. Ngapain itu X-Trail malah lurus? Harusnya kan ke kiri lagi.... Tapi aku dan supirku bersyukur aja. Tanpa X-Trail itu, perjalanan bisa berlangsung lebih cepat. Bagus.
Mobilku akhirnya jalan paling depan.

Sudah dekat banget sama jalan keluar, tiba-tiba ada APV masuk, arah berlawanan. Aku dan supirku bengong lagi. Apalagi saat satu per satu mobil-mobil lain muncul di belakang APV itu. Apalagi saat menyadari jalanan kali ini situasinya: kanan tembok, kiri jurang kecil yang di bawahnya ada pohon-pohon dan beberapa rumah warga. Lebar jalan itu hanya mencukupi sekitar satu setengah badan mobil aja. Mau maju? Ga bisa. Bisa-bisa malah masuk jurang, gelinding, nimpa rumah warga. Mau mundur? Deretan mobil di belakang udah panjang banget. Masa mundur satu-satu, mau sampai kapan?

Supirku membuka kaca dan menyarankan kepada Bapak yang nyetir APV supaya deretan dia aja yang mundur, karena dekat ke jalan raya. Cuma sekitar 10-15 meteran.
Deretan mobil di belakang dia juga lebih sedikit daripada deretan mobil yang di belakangku. Walaupun tetap harus mundur satu per satu, akan lebih singkat waktunya dibanding kalau deretan dia yang lebih sedikit itu yang mundur.


APV: "Ga bisa Mas! Di depan juga macet, ga bergerak. Ga bisa mundur keluar lagi ke jalanan!"
Supirku: "Ya gimana dong Pak, ini juga ga bisa mundur. Sebelah kiri itu udah jurang, mundur-mundur kalau ada yang jatuh siapa yang tanggung??"
APV: "Ya gimana dong Mas, ini juga ga bisa!"
Supirku: "Ya tetap resikonya lebih besar masuk jurang Pak! Mending deretan Bapak yang mundur, ke jalan raya sebentar, macet sebentar lagi gapapalah..."

Tiba-tiba muncul seorang bapak-bapak yang sepertinya adalah warga setempat. Mungkin dia naik dari rumahnya yang mungkin adalah salah satu rumah di bawah, di sisi jurang itu. Dia bicara dengan APV sebentar, kemudian tau-tau menyuruh mobilku beserta deretan di belakangku mundur. Aku melihat ke belakang. Supir angkot yang mobilnya tepat di belakangku juga bengong. Mundur? Yakin? Mundur ke mana? Gimana? Sebelah jurang begini mundur-mundur di jalan sempit.. gimana?? Tapi karena SATU ORANG BAPAK warga setempat yang datang jadi pahlawan kesiangan yang menyuruh kami mundur, akhirnya sepertinya kami harus menurut. Kalau udah ada warga yang turun tangan, sebaiknya menuruti warga kan.

Supirku udah kesal. Dia sempat ga mau mundur. Tapi kubilang coba aja dulu.. abisnya kalo menaikkan emosi di saat begini, bisa-bisa makin kacau. Udah ga ada yang mau mundur, main pelotot, nanti bisa-bisa terjadi tawuran antar pengemudi mendadak di jalan tembus ini -_-
Aku udah takut aja. Tapi untungnya supirku mau mengalah juga, meski sambil mengomel. Sebenernya aku juga ga terima. Apa susahnya sih mundur, toh deretan APV itu juga lebih sedikit. Kenapa ga mau ngalah banget sih.... Mana resikonya mobilku beserta deretan di belakangku masuk jurang, lagi. Ga mikir apa dia.
Di saat-saat begini aku suka bingung di mana letak otak dan hati orang-orang. Masing-masing memenangkan egonya sendiri. Semua orang saat itu memang sedang memburu waktu. Karena itu kan, pakai jalan tembus. Kenapa ga ada empati. Kalau anda yang terancam masuk jurang, gimana? Mau?


Deretan mobil di belakangku sudah mulai mundur sangat perlahan. Di beberapa wajah supir di belakang mobilku yang bisa kulihat, tersirat rasa enggan dan takut-takut saat memundurkan mobil mereka masing-masing. Macet aja taruhan nyawa. Apa-apaan ini. Bused.

Supirku: "Untung X-Trail udah ga di depan. Kalo masih di depan mungkin ga jalan-jalan ini kita."
Aku: "Iya ya."
Supirku: "Tapi pasti dia balik itu, di deretan belakang. Bingunglah dia mundur-mundur begini."
-_-
Iya juga.


Supirku berusaha mengepaskan posisi dengan tepi jurang dengan hati-hati, sembari mundur. Tapi lagi-lagi masalah motor. Aku bener-bener ga ngerti sama para pengendara motor macam ini. Kok egois banget gitu. Malu dong woy diliat anak sekolahan nih. Tua-tua masa ga bisa liat keadaan, orang lagi berusaha mundur, terancam masuk jurang, mereka malah selap-selip bikin kagok aja. Kalo aku buka kaca, kudorong dikit, mereka tuh yang masuk jurang. Kujadikan tumbal baru rasa. Ngeselin. Ga bisa ngantri dikit apa. Nunggu dulu gitu, sampe mobilku dan deretan mobil di belakangku berhasil mundur dengan baik dan berhenti di tempat yang pas dan aman, baru mereka jalan. HUH

Supirku udah gondok aja. Dengan tegas dia mundur, maju, mundur, memposisikan mobil ke arah belakang sampai pas, menyediakan jalan untuk arah lawan tanpa membahayakan mobil sendiri. Pengendara motor yang selap-selip tak tahu diri tidak begitu dihiraukan supirku.

Aku: "Pak Pak Pak!! Awas motor. Awas awas."
Supirku: "Biarin aja. Ga tau diri."
Aku: "..."

Aku cuma berdoa dalam hati aja supaya ga terjadi sesuatu. Meskipun mungkin kalau beneran ada motor yang kesenggol mobil dan masuk jurang bisa menjadi pelajaran bagi pengendara motor lainnya supaya lebih sadar kondisi, tapi tetep aja aku berharap aku ga ada di TKP kecelakaan semacam itu.

Tapi kita memang tidak bisa selalu memukul rata sesuatu. Tidak semua pengendara motor ga tahu diri. Seorang pengendara motor yang baik hati dan berempati dari arah depanku berhenti dan turun dari motornya. Dia membantu mobilku dan deretan mobil di belakangku mengepaskan mobil-mobilnya saat mundur supaya aman.
Akhirnya setelah semua mobil di belakang mobilku juga berhasil memundurkan mobil mereka ke posisi aman dan menyediakan jalan untuk arah lawan meskipun sempit, APV dan deretan mobil di belakangnya pun maju (masih diselingi motor-motor yang tak tahu diri). Buat aku ini ajaib banget. Karena kalo melihat jalanannya, aku ga nyangka bakal muat.
Supirku membuka kaca dan membantu mobil-mobil tersebut saat melewati mobil kami.

Supirku: "Kiri, kiri! Kanan jauh. Lurus, luruss! Ambil kiri dikit Pak! Ya, lurus terus. Jauh."

APV lewat.
Giliran sebuah sedan tua yang dikendarai seorang lelaki separuh baya.
Pengendara motor yang baik hati tadi baru kembali dari arah belakang mobilku dan menyapa pengendara sedan itu.

Pengandara motor yang baik hati: "Macet, Pak De!"
Sedan: "Iya nih, parah banget ya macetnya."
Pengendara motor yang baik hati: "Duluan ya Pak De!" (ia pun kembali ke motornya)
Supirku: "Kiri dikit Pak De! Ya, lurus, lurus."
Sedan: "Makasi yo!"
Supirku: "Sama-sama, Pak De!"
Aku: "Sejak kapan dia jadi Pak De kita bersama..."

Sedan lewat.
Giliran sebuah mobil Kijang yang dikendarai orang ibu-ibu berjilbab yang mengenakan kacamata hitam.

Supirku: "Waduh.. kurang kiri Bu! Ya, terus, terus. Yah Ibu kacamatanya dibuka dulu itu Bu, ga keliatan! Kurang kiri dikit Bu. Lurus, lurus. Jauh... Makanya kacanya dibuka dulu Bu."
*Si Ibu tetap cool dengan kacamata hitamnya.

Kijang lewat.
Beberapa mobil lain lewat, sampai akhirnya selesai dan mobilku bisa jalan lagi, begitu juga deretan mobil di belakang. Sudah mau keluar gang, ternyata macetnya betul-betul parah. Untungnya arah balik aja, arah ke sekolahku lancar. Tapi tetep aja, kemacetan di arah balik ini menutupi jalan keluar gang. Ga ada yang mau ngalah lagi....

Kalo dipikir-pikir, apa salahnya sih meluangkan beberapa menit untuk mobil-mobil yang di gang untuk keluar dulu, baru mereka jalan lagi. Toh setelah mereka jalan lagi pun mereka akan berhenti lagi karena macet. Jadi apa salahnya berhenti sebentar dulu untuk menyediakan jalan keluar buat yang di gang? Hh... tapi tetep aja ga ada yang mau.
Supirku buka kaca.

Supirku: "Bang berhenti sebentar dong, kesian ini yang di gang mau keluar!"

Tutup kaca.
Buka kaca lagi. Ngomel sedikit, tutup lagi. Sampai beberapa kali. Akhirnya ketemu celah juga. Akhirnya mobilku bisa keluar dari gang dan menemukan jalan menuju sekolah yang lancar.

Supirku: "Kalo saat begini mesti berani Dek, kalo ngga, ga jalan-jalan."
Aku: "..."

Mungkin kalo aku yang nyetir, memang ga akan jalan-jalan.

Friday, January 22, 2010

Nasib Sepatu Pak A

Hari ini pelajaran sastra indonesia diadakan di sebuah pendopo di pojok halaman sebelah lapangan baseball sekolah. Udah beberapa kali anak-anak jurusan Arts kelas 12 belajar sastra di pendopo ini, berhubung gurunya, Pak A, sedang pilek. Pendopo ini berada di alam terbuka dan banyak menerima sinar matahari, jadi bisa membantu Pak A untuk cepat sembuh ketimbang belajar di ruang kelas ber-AC.

Selain sejuk dan indah pemandangannya, belajar di pendopo ini juga membuat anak-anak Arts tidak hanya belajar sastra, tapi juga belajar untuk bersahabat dengan serangga. Kupu-kupu, semut-semut, laba-laba, serta serangga-serangga kecil lain yang datang dan pergi tanpa kuketahui namanya. Awalnya risih banget. Mau duduk bersandar harus was-was ada semut, atau ada laba-laba tiba-tiba turun dari langit-langit pendopo.

Tapi setelah beberapa kali melaksanakan kegiatan belajar-mengajar di sana, aku akhirnya biasa juga. Ada semut? Silakan lewat. Ada kupu-kupu? Apalagi, silakan lewat, kunikmati aja indahnya sembari dia lewat. Ada laba-laba? Turut berduka cita, maaf, langsung kugeprak pakai sepatu yang siaga di bawah.

Namun hari ini yang buat masalah ternyata bukan serangga. Bukan semut, bukan laba-laba. Tetapi seekor binatang melata bernama CICAK. Awalnya aku ga sadar ada cicak di langit-langit pendopo yang terbuat dari susunan kayu. Tiba-tiba "TES!" setetes cairan turun menjatuhi sepatu Pak A.

Apakah itu?

Itu adalah air kencing sang cicak.

Pernah liat cicak pipis?
Ngga?

Sama, aku juga ga pernah liat, sampai siang tadi saat peristiwa naas itu menimpa sepatu guru sastraku yang sedang bahagia mengajar murid-muridnya.


Pak A: "WAH! Apaan ini netes? Tai burung? Masa ada burung buang air di sini?"

Pak A pun menengadahkan kepalanya ke atas, melihat ke arah langit-langit pendopo, mencari tersangka utama kejahatan yang menimpa sepatunya tersayang. Aku mengikuti arah pandangnya. Dan terlihatlah dia... sang cicak.

Warnanya keabu-abuan, tubuhnya tidak besar tapi juga sama sekali tidak kecil. Perutnya terlihat buncit seperti menahan hajat 2 hari lamanya. Jijik. Apalagi mengingat dialah tersangka yang baru saja mengotori sepatu Pak A -_-

Pak A: "Wah itu dia tuh! Waduh.... Udah keliatan dari tadi, padahal. Udah meliuk-liuk ga jelas gitu, bersiap untuk buang air ternyata!"

Aku ga bisa berhenti ketawa sampai beberapa menit sesudahnya....


*Foto di atas itu adalah foto saat Pak A berusaha mengelap air kotoran cicak itu dengan kertas, karena ga ada tisu.


Wednesday, January 20, 2010

awas

.
.
Demi matahari dengan preseden tak muncul lagi
Demi awan hitam yang mungkin 'kan tak kunjung pergi
Demi tunas kecil nan hijau dan rapuh
Demi calon tua nurut mengangguk patuh
.
Hidupmu penting
Adamu penting
Senyummu penting
Jangan naik ke genting
.
.
nanti
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
jatoh . . .

Monday, January 18, 2010

18.30 Hari Ini...


Hari ini tanggal 18 Januari 2010.

Beberapa hari terakhir hujan terus turun dan langit mendung terus. Dari jam 2 siang aja udah terlihat gelap seperti pukul 4 sore hari.

Tapi

Sekarang jam 18.30 dan langit di atas rumahku masih seterang ini.
Halaman, garasi, dan dinding tanaman Mamiku terlihat bernuansa oranye.

Aneh.
Tapi indah.

-- Foto di atas diambil beberapa menit yang lalu, dari loteng rumahku.

Carrots, Spin, Fly Away, and other by A.P.M

I have a friend.
He is a boy.
And his name is Adilla Paramarta Menayang.
He likes to do spontaneous things.
And today, he made me some spontaneous poems.


..CARROTS..

Big breasted baboon
butts, bubbling
bouncily beyond barred
bubbles bent barefoot
bears.
And carrots.


..SPIN..

I calculate a puzzled science
turn around.
around and around
and around.
Tea. Boiled in a kettle
stirred around
around and around
and around.
And added sugar.


..FLY AWAY..

poetry in motion
turn to me
oh baskets of juniper
thou tooketh me to
jupiter



..I SEE A VIEW THAT MAY OR MAY NOT INTRIGUE YOU..

Cross a country.
Crooked crickets.
St. Guadalupe at our mercy.



..DESTINATION EVALUATION..

I ride a taxi, uptown, downtown
a rolla costa ride
Trippin, skippin, riding horseback by my side
The map, out destination,
Reasons sacrificed by determination
I pay my fare, I climb the stairs
And wait for an evaluation.



..MICHAEL..

Michael, and Maya, Michelle and Mary-Lou
Matilde, and Markus, Magdalena, Moritz too,
Masaki, Miyazaki, Morena and Monde,
Mbetu, Mbete, Melati and Meret.


..MAYA..

Maya, a whispered name,
a shadow, not after fame
a glory, that wont sink in shame
an eye, though red not in pain
And a spleen
entered Queen.
sleeping teen
on the mezanine
and collapse...
I'll wake up again
tomorrow